Keaslian dari
pro wrestling itu selalu dipertanyakan. Banyak yang menganggap pro
wrestling itu olahraga bohongan, pro wrestling itu seperti sirkus, pro
wrestling itu tidak nyata, dan lain sebagainya. Anggapan ini cukup
beralasan dan masuk akal, karena kurang lebih memang seperti itu. Namun
yang tak banyak diketahui, resiko cedera yang mungkin akan didapatkan
para pegulat (pro wrestler) pada saat beraksi di ring sama dengan resiko
atlet-atlet olahraga lain. Karena gerakan atau bantingan yang dilakukan
memang benar-benar nyata dan ada tekniknya. Tidak semua orang bisa dan
boleh melakukannya, karena jika salah gerakan akan menyebabkan cedera
fatal.
Selain itu,
(dan sudah dijelaskan di awal) pro wrestling memang olahraga hiburan
yang memadukan antara gulat dan unsur drama di dalamnya. Para pelakunya
juga sudah sangat terlatih dalam melakukan gerakan-gerakan gulat mulai
dari yang mudah hingga sulit. Berbeda dengan olahraga sejenis seperti
UFC atau tinju yang benar-benar kompetitif, ada storyline yang harus
disampaikan di tiap pertandinganpro wrestling sebagai bumbu-bumbu agar
suatu pertandingan itu semakin menarik.Pro wrestling is scripted, not
fake.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa pro wrestling itu scripted. Ya,
scripted,diskenariokan. Jadi semua pertandingan yang kita lihat di Raw
atau Smackdown atau di acara pro wrestling yang lain, sudah ditentukan
siapa yang akan menang dan kalah. Monolog dari pro wrestler di ring
dengan microphone atau biasa disebut promo, yang sering kita lihat itu
pun juga sudah dipersiapkan sebelumnya (ada beberapa pro wrestler yang
bisa promo tanpa menggunakan script, seperti The Rock dan CM Punk).
Lebih jauh lagi, bagaimana suatu pertandingan itu berjalan di ring,
gerakan-gerakannya hingga cara pertandingan itu berakhir sudah
ditentukan di backstagesesuai script atau skenario yang sudah dibuat.
Bahkan, darah yang biasanya mengucur di kepala pro wrestler yang sedang
bertanding itu juga sudah disengaja. Biasanya mereka meggunakan pil
darah yang nantinya akan dipecahkan atau menggunakan silet untuk
benar-benar melukai kepalanya agar keluar darah. Penggunaan darah ini
bertujuan untuk menunjukkan kadar kebrutalan pada suatu pertandingan.
Jadi tak mengherankan ketika melihat pertandingan pro wrestling di
televisi, kita bisa sangat menikmati gerakan-gerakan dari pegulatnya dan
jalannya pertandingan itu sendiri. Itu karena semua sudah diatur di
belakang panggung dan untuk tujuan hiburan. Istilah dalam mengatur
pertandingan itu disebut denganbooking. Ada tim kreatif yang mengatur
sistem booking ini. Sistem booking ini sendiri cukup rumit, karena dalam
mengatur siapa yang menang dan kalah tim kreatif harus memperhitungkan
dengan rinci segala macam kemungkinan agar tidak merusak karakter dari
seorang pro wrestler.
Seperti halnya film, di pro wrestling juga ada konsep protagonis dan
antagonis, good guy vs bad guy, baik melawan jahat. Sering ketika kita
melihat di program acara pro wrestling, ada pegulat yang berperan
sebagai good guy yang sikapnya baik dan heroik. Dalam istilah pro
wrestling, si good guy ini disebut “Face”. Sebaliknya, ada pula pegulat
yang berperan sebagai bad guy yang gayanya sombong, banyak omong atau
sering curang dalam pertandingan. Dalam dunia pro wrestling, bad guy ini
disebut sebagai “Heel”. Konsep Face dan Heel ini dibuat tujuannya untuk
membuat sebuah storyline menjadi semakin menarik dan agar mendapat
reaksi dari penonton. Sebagai Face, seorang pro wrestler harus bisa
membuat penonton untuk menyukai dan mendukung dirinya (cheers).
Sebaliknya, Heel harus bisa mendapatkan reaksi penonton berupa (booing)
ejekan dan kebencian (heat). Mayoritas pro wrestler bisa memainkan kedua
peran ini. Bisa menjadi Face maupun Heel sesuai kebutuhan storyline.
Sebenarnya ada beberapa pro wrestler yang punya aura alami Face yang
menjadikannya sulit menjadi Heel (seperti John Cena dan Rey Mysterio),
dan ada pula yang punya aura alami Heel yang menjadikannya tidak cocok
menjadi Face (contohnya Triple H). Diantara Face dan Heel ada satu lagi
istilah mengenai peran di pro wrestling yang disebut Tweener. Dalam
dunia pro wrestling, Tweener diartikan sebagai pro wrestler yang menjadi
Heel namun mendapatkan reaksi seorang Face.Tweener ini seperti layaknya
anti-hero, sikapnya dan perbuatannya jelek dan negatif namun justru
disukai banyak orang (contohnya Stone Cold Steve Austin dan CM Punk).
Semua hal ini ada dan sudah diatur sedemikian rupa, tujuannya tentu saja
untuk menghibur.
Selain skill di ring dan skill dalam berbicara di ring, kesuksesan
seorang pro wrestler juga ditentukan oleh gimmick yang mereka gunakan.
Gimmick adalah karakter yang diperankan seorang wrestler, bisa berupa
sifat, profesi atau kostum yang mereka gunakan. Gimmick yang bagus akan
membuat jalan menjadi top player akan terbuka lebih lebar. Sebaliknya
jika pemilihan gimmick yang buruk dan aneh hanya akan membuat seorang
wrestler menjadi lelucon. Beberapa contoh gimmick yang bagus di pro
wrestling diantaranya Sting & Undertaker dengan gimmick deadman,
lalu Stone Cold Steve Austin dengan gimmick rebel dan beer drinker, ada
juga Kurt Angle dengan gimmick atlet gulat peraih medali emas olimpiade.
Ada juga contoh gimmick yang buruk dan justru menjadi bahan olok-olok
seperti Repo Man dengan gimmick maling atau Billy & Chuck dengan
gimmick pasangan g*y.
Feud and Rivalry
Dalam dunia pro wrestling, suatu pertandingan bukan hanya perkara menang
atau kalah. Ada sisi lain yang ingin ditonjolkan ketika pro wrestler
bertanding, yaitu rivalitas. Rivalitas antara dua pro wrestler (bisa
lebih atau tag team) akan membuat sebuah storyline itu semakin menarik
untuk ditonton dan akan membuat pertandingan antara pro wrestler yang
sedang berseteru itu akan ditunggu-tunggu. Hal tersebut dalam dunia pro
wrestling disebut Feud.
Sebuah Feud bisa berlangsung singkat seperti 1-2 bulan saja atau bisa
sampai tahunan. Kerja sama antara pro wrestler dan tim kreatif sangat
diperlukan untuk membuat sebuah Feud itu menarik. Tugas tim kreatif
adalah membuat sebuah Feuditu tetap fresh dan ditunggu-tunggu dengan
skenario yang bagus. Sedangkan pro wrestler bertugas untuk mengeksekusi
skenario yang sudah disiapkan tim kreatif di ring, bisa berupa
pertandingan atau hanya sebatas promo. Beberapa contoh Feudyang bagus
seperti, rivalitas Mr. McMahon vs Stone Cold Steve Austin di WWE.
DalamFeud ini, Mr. McMahon memerankan dirinya sendiri sebagai bos dari
WWE yang semena-mena, sedangkan Stone Cold berperan sebagai seorang
rebel yang tidak mau tunduk dan ditindas oleh Mr. McMahon. Dalam
storyline tersebut, Mr. McMahon menggunakan berbagai cara untuk mencegah
Stone Cold merebut titel juara WWE.Feud ini semakin menarik ketika tak
hanya melibatkan dua orang tersebut namun juga melibatkan nama-nama lain
seperti The Rock, Undertaker dan Kane. Tapi tetap, karakter Mr. McMahon
dan Stone Cold yang menjadi highlights dari Feud ini. Feudyang menandai
dimulainya Attitude Era di WWE ini akhirnya menjadi senjata utama Vince
McMahon dan WWE untuk mengalahkan WCW di Monday Night War. Rest is
history.
Pro Wrestling mungkin dianggap sebagai bohongan dan palsu oleh sebagian
orang. Namun, tak sedikit pula yang bisa menikmati olahraga hiburan ini
dengan segala macam seluk beluk dibalik panggungnya. Bagi mereka yang
menyukainya, pro wrestling adalah sebuah karya seni yang memadukan
olahraga dengan sebuah drama yang menarik untuk dinikmati. Pro wrestling
seperti menjadi sebuah film dengan sajian yang berbeda berupa
pertandingan gulat yang bisa dinikmati terus-menerus dengan jalan cerita
yang menarik. Pro wrestling adalah sinetronnya kaum laki-laki.
sumbernya
sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar